Sunday, June 3

tidak sejernih sang putih...



kebiasaan aku terlebih kawal...
mengongkong hati yang seakan mencemburui naluri fizikal...
aku mencari-cari senaskah harapan yang jernih...
segenggam kata-kata hidayah...
untukku menyedari sebelum panggilan Ilahi...

aku tak ingin leka akan duniawi ini...
yang terkadang seakan tidak membawa apa-apa makna...
sering kuungkapkan perihal itu...
namun, itulah yang aku perjuangkan kini pada dasarnya...
perjuangan tanpa akidah yang sempurna...
sempurna di mata Allah...
hanya lakonan di kaca penglihatan manusia...
tiada hikmah dan ikhlas untuk diri dan pemegang kunci pencipta...

mungkin dulu aku terlalu didedahkan akan hal-hal akidah...
sehingga aku menjadikan ianya air yang mengalir tanpa cubitan sedikitpun...
dan mungkin ketika itu aku masih belum mengenal Allah...
kenalilah penciptamu dahulu...

usia mendewasakan kita...
perjalanan rumit ini juga menyedarkan aku...
jarak yang jauh dari tangan-tangan yang menjagaku memberikan degupan semua rasa 
yang tidak pernah aku dalami sebelumnya...
dulu belajar kerana peperiksaan...
kini, matlamat aku hanya kerana Allah...

seingat pesanan emak semasa di bangku sekolah rendah...
kalau belajar nak dapat anugerah, dapat anugerah jelah...
kalau belajar nak dapat 5A, dapat 5A jelah...
kalau belajar nak dapat tempat pertama dalam kelas, dapat tempat pertama jelah...
kalau belajar nak dapat pujian dari manusia, hanya pujian sahaja mendampingimu...
tapi kalau belajar kerana Allah, semua kita dapat...
redha Allah, ilmu dariNya, anugerah, tempat pertama dalam kelas 
walaupun semua itu tidak pernah terlintas dalam list niat kita...

samalah seperti memilih jodoh...
kalau pilih cantik, dapat yang cantik jelah...
pilih kaya, dapatlah yang kaya...
pilih keturunan je, dapatlah keturunan yang diingini...
tapi kalau pilih agama, semua kita dapat walaupun semuanya bukan sempurna...
sempurna bukan pada pandangan kasar tapi pandangan mata hati...




aku dididik jangan leka dan bangga dengan apa yang kita miliki...
jangan memperbandingkan ibu bapa kita dengan yang lain...
abah tidak pernah sekali mengkasariku...
tapi kata-katanya cukup buatku mengerti perihal luahan insan tua 
yang aku kagumi itu...
abah hanya diam...
caranya yang berdiam sejuta rasa memberikan kami anak-anak sebuah kenyataan 
yang tidak perlu lagi dirungkaikan...
cukup sekadar kuliah, ceramah, dan tazkirah olehnya membuatkan kami-kami 
mengerti maksudnya...
bukan abah tidak sekali pernah menegur...
tapi caranya itulah membuatkan kami berfikir panjang...
membuatkan kami sedar dalam tak sedar kepentingan beliau 
yang tidak pernah kami sedari...
seingat aku sewaktu kecil, hampir setiap malam abah sering masuk kebilik dan
mencium umbun2 kepala sambil meniup membaca doa...
dulu aku mungkin tidak mengerti apa-apa...

aku tidak layak mempersoalkan hal-hal pengorbanan ibu bapa...
kerana setitik peluhnya belum tentu aku dapat membalasnya...
aku takut jika suatu hari nanti aku menjadi anak yang jarang sekali menjenguk 
dan memperdulikan mak abah...
mungkin sekarang aku akan katakan tidak pernah sekali berbuat demikian...
tapi, perihal akan datang hanya Allah yang tahu perancangan hidup manusia...
hanya kutitipkan doa...
rasanya terlalu sedikit dan tidak sebanding doa ibu kepada anak-anaknya...

kejauhan yang tidak kuduga...
yang terkadang melemaskan aku...
takut tak sempat bertemu keduanya...
tak sempat berpuasa dan beraya bersama...
tak sempat bertarawih bersama...
tak sempat berjemaah...

di ambang kematian nanti...
yang dapat memisahkan doa ibu kepada anaknya...
sekilas aku meraung menyesali...
dan aku manusia yang tidak pernah serik...
hantaran doa dan sebuah senyuman untuknya...
aku sedaya membina kekuatan itu...
supaya aku tidak lagi terjatuh tersungkur di hadapan dosa dan khilaf...
manusia yang tidak pernah lari melakukan anasir dosa...
yang bisa sahaja dibendung...



hanya Iman membawa kepada redha dan syurga...



No comments:

Post a Comment